Senin, 22 Oktober 2018

ASPEK-ASPEK MANAJEMEN WAKTU



Menurut Atkinson dkk. (1990), aspek-aspek dalam manajemen waktu mencakup adanya usaha-usaha berikut ini:
a. Menetapkan Tujuan
   Bagian utama dari pengelolaan waktu adalah menetapkan tujuan dari hal-hal yang ingin dicapai atau yang akan dikerjakan. Keenan (1995) mengatakan bahwa dengan menetapkan tujuan dapat membantu individu untuk memfokuskan perhatian ke arah tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan merencanakan sesuatu yang harus dikerjakan dalam batasan waktu yang tersedia sehingga dapat mencapai target yang diinginkan.

b. Menyusun Prioritas
    Sebelum mengerjakan sesuatu, perlu disusun terlebih dahulu urutan prioritas yang akan dilakukan. hal tersebut dikarenakan waktu yang tersedia terbatas dan tidak semua pekerjaan memiliki nilai kepentingan yang sama. urutan prioritas dibuat berdasarkan peringkat, yaitu dari prioritas yang tertinggi sampai dengan prioritas yang terendah. urutan prioritas dibuat dengan mempertimbangkan hal-hal mana yang dirasakan penting, mendesak, dan seharusnya dikerjakan terlebih dahulu sehingga target dapat dapat tercapai sesuai dengan keinginan dalam batas waktu yang ditentukan. Menurut Atkinson (1990), dalam menyusun prioritas dibutuhkan ketelitian tinggi dan kemampuan menyusun strategi agar hasil pokok dan penggunaan waktu dapat tercapai secara maksimal.

c. Menyusun Jadwal
    Jadwal adalah daftar kegiatan yang akan dilakukan beserta urutan waktu dalam suatu periode tertentu. Kegiatan dalam menyusun jadwal tersebut dari dua jens, yaitu kegiatan yang bersifat rutin dan kegiatan yang bersifat sementara. Menurut Taylor (1990) fungsi pembuatan jadwal adalah agar individu dapat menghindari bentrokan kegiatan, menghindari kealpaan, dan mengurangu ketergesaan.

d. Bersikap Jadwal
    Bersikap asertif dapat didefinisikan sebagai ekspresi yang bertanggung jawab dari perasaan dan pikiran seseorang terhadap orang tertentu pada waktu yang tepat (Orr, dalam Haynes 1994). Lebih lanjut Atkinson (1990) menjelaskan bahwa sikap asertif dapat diartikan sebagai suatu sikap tegas untuk berkata, "Tidak!" atau menolak suatu permintaan maupun tugas dari orang lain dengan cara yang positif tanpa harus merasa bersalah atau menjadi agresif. Bersikap tegal dalam hal ini merupakn strategi yang diterapkan guna menghindari pelanggaran hak dan memastikan bahwa orang lain tidak mengurangi efektivitas penggunaan waktu. Dalam bersikap aertif tetap dibutuhkan suatu pertimbangan yang matang dari segi konsekuensi atau besar kecilnya dampak positif dan negatif yang akan diterima oleh individu.

e. Menghindari Penundaan
    Penundaan adalah penangguhan sesuatu hal hingga terlambat dikerjakan, dimana pekerjaan tersebut seharusnya diselesaikan sekarang atau lebih dini lagi (Orr, dalam haynes 1994). Penundaan dalam melaksanakan tugas dapat menyebabkan ketidakberhasilan dalam menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktunya, kemudian meruskan jadwal kegiatan yang telah disusun dan mengganggu tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Beberapa hal untuk mengindari penundaan adalah menetapkan apa saja pekerjaan yang lebih utama yang harus dikerjakan, kejelasan sasaran yang ingin dicapai, meningkatkan motivasi diri, adanya rasa percaya diri, dan disiplin dalam mengerjakan tugas (Atkinson, 1990).

f. Meminimumkan Waktu yang Terbuang
   Pemborosan waktu mencakup segala kegiatan yang menyita waktu dan kurang memberikan menfaat yang maksimal. Hal tersebut sering menjadi penghalang bagi individu untuk mencapai keberhasilannya karena sering membuat individu menunda melakukan kegiatan yang penting, sumber-sumber pemborosan waktu antara lain, menonton televisi, menelpon, perjalanan pulang pergi, melamun, menunggu, dan melayani tamu tak diundang, mengerjakan sesuatu yang seharusnya dikerjakan orang lain. Menurut Atkinson (1990) peminimuman waktu harus didukung oleh sikap positif serta keinginan untuk mengubah kebiasaan, mempunyai rencana yang tepat, dan membina disiplin pribadi.

Canfield dalam teorinya mengemukakan aspek-aspek manajemen waktu mencakup berikut:
a. Perencanaan
    Canfield (1987) mengemukakan bahwa perencanaan diperlukan untuk membuat seseorang tetap pada pilihannya untuk menyeleksi pekerjaan yang ada dengan didorong oleh tekad yang kuat untuk menyelesaikan tugas sampai tuntas. Aspek penetapan tujuan akan sangat membantu sebagai usaha untuk mencapai sasaran hidup, sasaran hidup yang ingin dicapai tentu saja mencakup kepuasaan dalam bekerja dan peran dalam kehidupan sehari-hari.

b. Menetapkan Prioritas
    Menentukan prioritas berarti seseorang berushan untuk menentukan dari sekian banyal hal yang harus dikerjakan dan mana yang perlu didahulukan berdasarkan tingkat kepentingannya. Sejalan dengan Canfield (1987), Martin dan Osborne (1989) mengemukakan bahwa menentapkan prioritas berarti mengidentifikasi sasaran-sasaran dan kegiatan-kegiatan mana yang penting yang harus dituntaskan, selain itu penetapan prioritas diperlukan untuk meminimumkan kecenderungan untuk membuang-buang waktu pada kegiatan-kegiatan yang kurang bermanfaat.

c. Melakukan Delegasi
    Martin dan Osborne (1989) mengemukakan delegasi artinya menyerahkan suatu pekerjaan kepada orang lain yang dinilai lebih tepat dan dapat menyelesaikan suatu pekerjaan tersebut. Sehingga waktu yang kita miliki akan lebih efisien, kemudian kita akan lebih dimudahkan untuk melakukan pekerjaan lain yang lebih penting dan perlu dikerjakan sehingga menjdikan waktu lebih berproduktif.

d. Displin Diri
    Disiplin dairi akan mengarahkan individu untuk berorientasi pada tugasnya sendiri dan menghindarkan diri dari hal-hal yang bisa menghambat penyelesaian tugas.
    Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek manajemen waktu mencakup adanya perencanaan, menetapkan tujuan, menyusun prioritas, menghindari penundaan, menyusun jadwal, bersikap asertif, meminimumkan waktu yang terbuang, kemudian adanya disiplin diri.

0 komentar:

Posting Komentar